Mitragalaksi.com, Boyan Tanjung, Kapuas Hulu — Proyek peningkatan Jalan Inpres Boyan Tanjung–Nangga Taman yang menelan anggaran Rp 15 miliar kini menjadi sorotan tajam. Belum lama selesai dikerjakan, sejumlah titik konstruksi justru mengalami kerusakan serius, terutama pada bagian drainase, bahu jalan, serta umpak beton penahan struktur yang mulai longsor.
Pantauan lapangan pada Selasa (05/12/2025) menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Bahu jalan tampak tergerus, meninggalkan rongga besar yang berpotensi mengancam keselamatan pengguna jalan. Pondasi drainase yang diduga dikerjakan tanpa penguatan memadai terlihat roboh, retak, dan porak-poranda, dengan material berserakan di sisi tebing.
Sejumlah pipa infrastruktur juga tampak ikut terdampak akibat tanah yang amblas. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, badan jalan bisa terputus terutama ketika curah hujan meningkat.
Warga Kesal: “Baru Selesai, Sudah Rusak”
Keluhan masyarakat pun bermunculan. Warga menilai kualitas pekerjaan patut dipertanyakan karena konstruksi dengan nilai miliaran rupiah seharusnya bertahan dalam jangka panjang.
“Baru selesai tidak lama, tapi sudah seperti ini. Kalau dibiarkan, badan jalan bisa putus,” ujar seorang warga setempat yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Warga menilai kerusakan yang terjadi begitu cepat, bahkan sebelum musim hujan mencapai puncaknya, mengindikasikan adanya kelemahan teknis dan kurangnya pengawasan.
Indikasi Teknis: Drainase Buruk & Penguatan Tanah Lemah
Hasil pengamatan menunjukkan beberapa dugaan kuat:
1. Sistem Drainase Tidak Berfungsi Optimal
Banyak bagian drainase yang tidak rapat, tidak terkunci, dan tidak ditopang pasangan batu yang memadai. Air hujan kemudian menggerus tanah dasar hingga menyebabkan rongga.
2. Penguatan Talud dan Bahu Jalan Minim
Sejumlah titik bahu jalan terlihat tanpa geotekstil, tanpa penahan tanah, dan tanpa struktur antisipasi longsor.
3. Kualitas Material Diduga Tidak Sesuai Spesifikasi
Beberapa material seperti batu dan adukan semen tampak mudah terlepas dan retak, mengindikasikan kemungkinan mutu rendah atau proses pengerjaan yang tidak standar.
4. Ketebalan Lapisan Jalan Dipertanyakan
Lapisan LPB maupun lapisan aspal yang terlihat pada bagian yang tergerus tampak tidak seketebal standar teknis untuk ruas jalan dengan mobilitas tinggi.
Dengan anggaran mencapai Rp 15 miliar, publik menilai hasil pekerjaan ini seharusnya jauh lebih kokoh.
LSM Galaksi Akan Laporkan ke Kejati Kalbar
Menanggapi temuan kerusakan dini tersebut, LSM GALAKSI (Gabungan Laskar Anti Korupsi Indonesia) menyatakan akan segera mengambil langkah hukum.
Pihak LSM menilai kerusakan dini pada proyek besar seperti ini patut diduga terjadi karena lemahnya pengawasan, potensi penyimpangan teknis, atau pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi.
“Dalam waktu dekat, kami akan menyampaikan laporan resmi kepada Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat. Proyek ini menggunakan uang negara dan wajib dipertanggungjawabkan,” tegas perwakilan LSM Galaksi.
Akses Transportasi Terancam Jika Tidak Ada Perbaikan Cepat
Jika kerusakan ini tidak segera ditangani, bukan hanya keselamatan pengguna jalan yang terancam, tetapi juga:
- distribusi logistik,
- akses pendidikan dan kesehatan masyarakat,
- serta aktivitas ekonomi Boyan Tanjung – Nangga Taman.
Kasus ini kembali membuka mata publik mengenai pentingnya kualitas pekerjaan infrastruktur, terutama proyek yang dibiayai APBN melalui skema Inpres.
Redaksi



